(Disclaimer: Cerita ini merupakan kisah fiksi belaka. Jika ada penggambaran adegan yang bersifat sensitif, maka hal tersebut hanyalah imajinasi dari pengarang yang bertujuan agar pembaca dapat memahami jalannya cerita, tidak ada maksud dari pengarang untuk mengkampanyekan tindakan serupa, jadi mohon disikapi dengan bijak) Peringatan! Konten sensitif yang menggambarkan kekerasan terhadap perempuan Ilustrasi/Gambar: AI Audrey duduk diam di tepi ranjang kos Brian, gadis itu masih menatap layar ponselnya. Ia baru saja memblokir salah satu teman kuliahnya di Instagram karena Brian yang meminta. “Dia sering love story kamu,” kata Brian waktu itu. “Kamu pikir aku nggak lihat?” Audrey tidak menjawab. Ia sudah terlalu lelah berdebat. Ini bukan kali pertama Brian bersikap demikian. Dua hari lalu, saat ia menjemput Audrey di kampusnya, Brian melihat kalau pacarnya itu tengah mengobrol dengan beberapa kawan laki-laki sambil bersenda gurau. Rupanya hal itu menyulut kemarahan Brian, ia bertanya deng...
(Disclaimer: Cerita ini merupakan kisah fiksi belaka. Jika ada penggambaran tentang perundungan yang mengikutsertakan gender tertentu, maka hal tersebut hanyalah imajinasi dari pengarang yang bertujuan agar pembaca dapat memahami jalannya cerita, tidak ada maksud dari pengarang untuk mengkampanyekan tindakan serupa, jadi mohon disikapi dengan bijak) Sore itu, kabut tipis mulai turun dari lereng Gunung Malapa. Matahari bersiap tenggelam di balik punggung gunung, menyisakan cahaya jingga yang memantul lembut di permukaan kolam pemandian air panas Sumber Laras, sebuah tempat wisata terkenal di kaki gunung. Biasanya selalu ramai di sore hari, tapi di kolam khusus pria yang terpisah dari area utama, hanya ada satu pengunjung — seorang pria muda bernama Raka, yang baru saja mulai berendam. Ia turun perlahan ke dalam air hangat, ingin menikmati ketenangan sebelum hari benar-benar malam. Tapi baru saja rasa hangat menjalar di separuh tubuh, matanya langsung menangkap sesuatu —helaia...