Langsung ke konten utama

Postingan

"RANDY"

(Disclaimer: Cerita ini merupakan kisah fiksi belaka. Jika ada penggambaran adegan yang bersifat sensitif, maka hal tersebut hanyalah imajinasi dari pengarang yang bertujuan agar pembaca dapat memahami jalannya cerita, tidak ada maksud dari pengarang untuk mengkampanyekan tindakan serupa, jadi mohon disikapi dengan bijak) Peringatan! Konten sensitif yang menggambarkan kekerasan terhadap perempuan Ilustrasi/Gambar: AI Audrey duduk diam di tepi ranjang kos Brian, gadis itu masih menatap layar ponselnya. Ia baru saja memblokir salah satu teman kuliahnya di Instagram karena Brian yang meminta. “Dia sering love story kamu,” kata Brian waktu itu. “Kamu pikir aku nggak lihat?” Audrey tidak menjawab. Ia sudah terlalu lelah berdebat. Ini bukan kali pertama Brian bersikap demikian. Dua hari lalu, saat ia menjemput Audrey di kampusnya, Brian melihat kalau pacarnya itu tengah mengobrol dengan beberapa kawan laki-laki sambil bersenda gurau. Rupanya hal itu menyulut kemarahan Brian, ia bertanya deng...
Postingan terbaru

AIR PANAS, DINGIN KEMATIAN

(Disclaimer: Cerita ini merupakan kisah fiksi belaka. Jika ada penggambaran tentang perundungan yang mengikutsertakan gender tertentu, maka hal tersebut hanyalah imajinasi  dari pengarang yang bertujuan agar pembaca dapat memahami jalannya cerita, tidak ada maksud dari pengarang untuk mengkampanyekan tindakan serupa, jadi mohon disikapi dengan bijak) Sore itu, kabut tipis mulai turun dari lereng Gunung Malapa. Matahari bersiap tenggelam di balik punggung gunung, menyisakan cahaya jingga yang memantul lembut di permukaan kolam pemandian air panas Sumber Laras, sebuah tempat wisata terkenal di kaki gunung.  Biasanya selalu ramai di sore hari, tapi di kolam khusus pria yang terpisah dari area utama, hanya ada satu pengunjung — seorang pria muda bernama Raka, yang baru saja mulai berendam. Ia turun perlahan ke dalam air hangat, ingin menikmati ketenangan sebelum hari benar-benar malam. Tapi baru saja rasa hangat menjalar di separuh tubuh, matanya langsung menangkap sesuatu —helaia...

SERINGAI

(Disclaimer: Cerita ini merupakan fiksi belaka yang mengambil latar tempat di dunia nyata. Jika ada kesamaan tokoh dan alur cerita, hal itu merupakan sebuah ketidaksengajaan semata) Perjalanan pulang dari Jogja menuju ke Purworejo yang biasanya bisa kutempuh dalam waktu maksimal 2 jam, malam ini pasti akan terasa lebih lama. Mungkin karena kondisi mental dan pikiranku yang tidak baik-baik saja.  Yup ...! Hari ini sidang skripsiku gagal! Aku harus mengulang lagi minggu depan. Siapa yang tidak gentar dengan kenyataan pahit seperti itu? Aku yakin, sekuat apapun mental seseorang, pasti akan merasa terpuruk dan tertekan. Kendati demikian, aku tetap memilih untuk pulang kampung ke Purworejo yang jaraknya 60 km lebih dari kosku di Sleman. *** Motor Supra tua tahun 2006 milik Bapak membawaku turun dari arah utara di Condong Catur menuju ke barat melewati ring road .  Kulirik jam Casio di pergelangan tangan kiriku, menunjukkan pukul 17.40. Bulan Juni yang cerah, langit masih nampa...

TERAS RUMAH TETANGGA

Setiap kali marah Ayah di sebelah rumah Berkata pada putrinya yang berambut hitam legam dan bertubuh kecil kering kerontang Katanya: Diam! Atau kau akan berakhir di teras rumah! Dulu kupikir Itu tentang hukuman untuk berdiri di teras rumah seharian Atau semalaman Sampai suatu hari Keluarga itu pergi Tak pernah terlihat lagi Lalu suatu pagi, pagi pagi sekali Saat aku membawa anjingku turut lari pagi Si doggy menyalak tak henti-henti Seolah-olah memberitahuku tentang sesuatu yang telah terjadi Di teras rumah yang ada di sebelah rumah kami Kubiarkan si doggy menggali Dan terus menggali Sampai sekeliling kami tak lagi sepi Sebab banyak orang sudah berdiri mengelilingi Dan si doggy terus beraksi Menarik sesuatu dari balik ubin-ubin yang pecah dan tak berbentuk lagi Rambut panjang hitam legam di bawah teras milik tetangga Dan wajah pucat seorang gadis kecil menyembul dari sana Terinspirasi dari kisah nyata Heather West yang dibunuh oleh Fred West dan Rosemary West (kedua orangtuanya kandungn...

MIMPI MAYA

    Maya bercerita kalau dia melihat Ibunya dalam mimpi Maya tak pernah bertemu dengan Ibunya sejak ia masih balita Bagaimana bisa ia bertemu dengan seseorang di dalam mimpi padahal di dunia nyata, mereka tak pernah saling bersua? Ada yang bilang kalau kita hanya bisa bertemu dengan seseorang di dalam mimpi jika kita pernah bertemu atau sekedar melihatnya di dunia nyata Tapi tiga hari setelah mimpi itu, Maya melihat dirinya sendiri di kamar jenazah  Dan Ibunya  Yang kini menggenggam tangan Maya untuk bersama-sama pergi ke alam baka.

IMPAS

Mendengar kabar bahwa sahabat karib di masa mudanya sakit keras di kampung, Aryo segera membeli tiket pesawat untuk penerbangan terakhir malam ini. Rasa gundah menerpa seluruh tubuhnya, lebih-lebih karena ia pernah berhutang sejumlah uang dalam jumlah yang cukup besar yang membuat dirinya merasa terbebani hingga hari ini sebab kawannya itu menolak untuk menerima pengembalian hutang dari Aryo. *** Delapan belas tahun lalu, ketika Aryo kena PHK, uang pesangon dari perusahaannya hanya cukup untuk hidup selama tiga bulan ke depan. Di bulan keempat, Aryo masih belum mendapatkan pekerjaan baru padahal ia harus menghidupi istri dan kedua anak kembarnya yang masih balita. Di ambang keputusasaan Aryo, sang istri malah meminta untuk dipulangkan ke rumah orangtuanya di kampung. Dengan berat hari, dia membawa keluarganya pulang ke kampung halaman mereka dan menitipkan anak istrinya kepada sang mertua. Ia kembali ke ibukota sendirian dan berjanji, akan segera menjemput mereka saat ia su...

RUMAH NENEK

Siska, suami dan anaknya berkunjung ke rumah almarhumah Neneknya Siska yang sudah meninggal tahun lalu untuk merenovasi rumah tersebut. Tadinya mereka akan ditemani oleh Bibinya Siska tapi ternyata karena satu dan lain hal, Bibinya Siska menunda kedatangannya ke rumah itu. Ia hanya berpesan satu hal kepada Siska: “Seluruh ruangan boleh kau renovasi, kecuali kamar Nenekmu!” Rumah itu merupakan rumah tua yang ukurannya sangat besar tapi hanya terdiri dari dua kamar. Yang satu adalah kamar utama milik Kakek dan Neneknya Siska dan satu kamar lainnya yang dulu ditempati oleh Ibu dan Bibinya Siska. Waktu masih kecil, Siska sering diajak oleh Ibunya untuk berkunjung ke rumah tersebut, tetapi setelah kematian Ibunya saat Siska masih remaja, Siska tidak pernah berkunjung lagi kesana sampai tahun lalu, saat ia turut serta dalam upacara pemakaman Nenek tercintanya itu. *** Hari pertama, Siska dan suaminya membersihkan sebagian rumah Nenek sampai malam tiba, tapi saat malam...