“Krincing, krincing,” suara denting mengudara, entah yang ke berapa kali? Aku tak dapat menghitungnya lagi. Yang pasti, setiap kali suara ‘krincing’ terdengar dari arah pintu bar yang dibuka oleh seseorang, maka sontak saja, kepalaku langsung tegap, segera menoleh ke arah pintu itu, mencari tahu, apakah dia yang datang? Nihil! Denting terakhir yang terdengar itu masih sama seperti denting-denting sebelumnya, pertanda kedatangan pengunjung bar yang lain, bukan seseorang yang kutunggu sejak tadi. “Ah, sial!” umpatku, kecewa. Kembali lemas rasa dudukku di atas kursi bar itu. Bartender di hadapanku menoleh, keningnya berkerut. “Bukan kamu,” uc...